Kamis, 05 Januari 2012

Manajemen Pendidikan yang Qur'ani

MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN
PENDIDIKAN ISLAM YANG QUR’ANI
(Sebuah Rajutan Harapan Bagi Idealisasi Pendidikan Islam di Indonesia) *

Oleh : M. Alfithrah Arufa, S.Pd.I


Sajian Identitas Pendidikan Islam
Dalam dunia pendidikan, kita tentu telah mengetahui seberapa penting dan perlunya pendidikan bagi kegidupan manusia seutuhnya. Pendidikan yang hadir sebagai suatu proses pembaharuan makna-makna pengalaman melalui proses transmisi insidental dan intensional, atau lebih sejatinya bisa dikatakan sebagai proses memanusiakan manusia. Begitupun dalam pendidikan Islam, lebih dari itu, dunia pendidikan Islam bisa lebih tegas dan kompleks dalam men-ta’rif-kan hakikat Pendidikan, yaitu hal yang senada, seperti membina, memelihara, menagajarkan, melatih, menasihati, menyucikan jiwa, dan mengingatkan manusia terhadap yang baik terutama bimbingan moral dan Akhlaq Al-Karimah.
Sejatinya, pendidikan Islam lahir sebagai dimensi layanan moralitas konstruktif yang merangkul sosok nilai-nilai keilmuan sebagai pendamping kehidupan seluruh umat manusia, tak heran jika hal ini telah menjadi magnet hajatan yang luas dipermukaan bumi ini. Seiring dengan perputaran waktu, Perlahan-lahan ilmu pengetahuan terus menunjukan pesona kekayaan dan kekuatannya sebagai suatu hal yang “harus” dimiliki oleh umat manusia yang notabebne sebagai Khalifah dimuka bumi ini, karena dari sinilah nantinya akan ada garis terang yang membentang antara yang berilmu dengan yang tidak berilmu, hal ini telah dibedakan oleh Allah Swt sendiri dalam firman-Nya :
ô 3 ö@è% ö@yd ÈqtGó¡o tûïÏ%©!$# tbqçHs>ôètƒ tûïÏ%©!$#ur Ÿw tbqßJn=ôètƒ 3 $yJ¯RÎ) ㍩.xtGtƒ (#qä9'ré& É=»t7ø9F{$# ÇÒÈ  
Katakanlah (hai Muhammad) !: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.(QS. Az-Zumar [39]: 9)

Betapa tegas Firman Allah Swt ini, sehingga kita dipaksa untuk harus memilih antara dua pertanyaan yang sekaligus menjadi pernyataan Allah Swt ini pada Melalui Rasul-Nya. Tentu jika disuruh memilih berdasarkan ayat tersebut di atas, saya dan anda yang membaca tulisan ini tentu dengan tegas akan memilih agar menjadi orang yang ingin (dapat) memperolah pelajaran. Tentu hal serupa akan dialami dengan seluruh umat yang ada di negara ini bahakan diseluruh dunia ini.  Bagaimana tidak, menjadi suatu pilihan atakah tidak bagi kita sendiri, Rasulullah Saw telah memberi tanda seru dalam hal anjuran menuntut Ilmu, hal yang bersifat fardhu ‘Ain ini tentu bukan karena tanpa sebab. Selain itu juga Rasulullah Saw juga bersabda : Bahwasanya ilmu hanya dapat diperoleh dari belajar“. (HR. Bukhari). Jika Rasulullah yang merupakan cerminan dari Al-Qur’an saja mengenggap penting terhadap ilmu pengetahuan atapun dunia pendidikan bagaimana dengan kita?, dalam merajut sikap dan sifat yang Qur’ani pada dunia pendidikan Islam, lebih tepat jika kita menjadikan Rasulullah Saw sebagai tauladan pencerah dalam dunia pendidikan Islam. tentu siapapun umat Islam akan sepakat dengan hal ini, dimanapun pendidikan itu bersarang, dan bagaimanapun kondisi pendidikannnya, itupun jika harapan terhadap idealitas pendidikan Islam masih mengakar dalam hati umat Islam.
Indonesia, sebuah negara yang mayoritas pendudukanya beragama Islam ini seharusnya memiliki sikap yang sama dalam mengembangkan Pendidikan Islamnya, yaitu pendidikan Islam yang dikelola sesuai dengan norma-norma Islam, dalam artian tetap berpedoman pada sosok Rasulullah Saw sebagai Insan kamil serta sosok tauladan umat.
Problema demi problema datang bertubi-tubi terhadap kekuatan pendidikan Indonesia, terutama Pendidikan Islam yang mulai terkikis dan tampak rapuh dipermukaan, mulai dari kontroversial deskriminasi pendidikan hingga ketimpangan kepentingan-kepentingan politik maupun akademis yang masih menghiasi kemelut wajah suram pendidikan nasional kita. Salah satu pertanyaan yang begitu penting adalah bagaimanakah dengan pengelola pendidikan tersebut, dalam hal ini (tidak terlalu berlebihan) jika kita memfokuskan pada sikap dan sistem Managerial serta kebijakan-kebijakan pemerintah yang bertanggung jawab terhadap pendidikan Nasional kita. Apakah sudah sesuai dengan rambu-rambu Yuridis ataukah belum? Terutama pelaksana pendidikan Islam di Negara kita ini.
Berbicara tentang pendidikan Islam, sangat Ironi sekali jika kita mengaburkan status “Islam” yang melakat pada hakekat pendidikan tersebut. Secara totalitas, Ajaran-ajaran Allah Swt yang tidak ditemukan batasnya merupakan suatu keharusan untuk ditadabburi dalam memetik hikmah yang berjuntai-juntai mahakaryaNya. Disamping kewajiban individual umat manusia, meyikapi pendidikan Islam dalam suatu wilayah pada dasarnya perlu dimulai dari system manajerial yang Qur’ani, begitupun dengan pengambilan keputusan terhadap suatu kebijakan yang tepat sesuai syari’at Islam, dalam hal ini kita akan mencoba menarik sebuah harapan yang sesuai dengan hikmah Qur’aniyyah. Dalam pelaksanaannya, pendidikan Islam tentu tidak terkepas dari tugas pemerintah dalam memenej dan memeberikan suatu kebijakan dalam peningkatan kualitas pendidikan Islam.

Posisi Hingga Reposisi Manajemen dan Kebijakan Pendidikan Islam
Manajemen pendidikan merupakan suatu pintu gerbang dalam proses mengatur (merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan) sagala aspek yang berkaitan dengan pendidikan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan yang paling urgen dalam pendidikan Islam inilah yang perlu kita tekankan sebagai papan sasaran ujung panah analisa kita terhadap fenomena pendidikan islam dalam manajemennya sendiri. Beberapa pilar sasaran pendidikan Islam yang merupakan ciri keilmuan Islam adalah adanya pertimbangan ketauhidan, ibadah, akhlaq, serta mu’amalahnya. Maka akan sangat fatal jika salah dalam memenej, dengan kata lain, salah dalam manajerial berarti memenej kesalah itu sendiri. Hal ini juga akan senada dengan tujuan kebijakan pendidikan Islam disamping pertimbanagn-pertimbangan lainnya yang lebih signifikan.
Manajemen Pendidikan Islam tentunya lebih dahulu berkiblat pada Al-Qur’an Al-Karim, menurut kami, Manajemen merupakan ilmu yang bersifat spesifikasi profesionalisasi bagi pendidikan Islam, hal ini terbukti dengan banyaknya pembagian ataupu pentahapan dalam manajemen itu sendiri, antara lain; planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian/pembinaan) , actuating (pelaksanaan), dan controlling (pengawasan), tentu  job description dalam tiap pentahapan tersebut juga berbeda-beda, walaupun demikian penanaman nilai-nilai Qurani dalam setiap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab tersebut harusnya tidak memeberi jarak terhadap nilai-nilai Qur’ani yang tentu akan melahirkan suatu nilai yang bernuansa keilmuan dan moralitas Islamiyah. Penanaman nilai-nilai inilah yang sebbenarnya harus dimulai dari pengelola pendidkan sebelum memberikan suatu kebijakan.
Jika dimulai dari proses planning (perencanaan), maka sebaiknya tidak salah niat, dengan niat yang keliru sehingga hasilnya juga tidak keliru menurtu syari’at islam. dalam tahap planning ini semua harus terfokos pada masalah dan tujuan yang ingin dicapai bersama, bukan tujuan individual yang mementingkan kepentingan-kepentingannya sendiri. marilah kita inngat firman Allah Swt tentang hal ini.

#Y$t6õ3ÏFó$# Îû ÇÚöF{$# tõ3tBur ÃØÄh¡¡9$# 4 Ÿwur ß,Ïts ãõ3yJø9$# à×Äh¡¡9$# žwÎ) ¾Ï&Î#÷dr'Î ..... ÇÍÌÈ  
Karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri….. (QS. Fathir [35] : 43)

            Untuk pelaksanaan organizing (pengorganisasian/pembinaan), tentu selain tenggung jawab terorganisir secara kondusif, disinilah diperlukan suatu kerjasama yang kokoh antara satu dengan yang lainnya dan saling tolong menolong dalam roda organisasi, nilai tolong menolong (koordinasi) inilah yang saat ini mulai pudar dalam system manajemen pendidikan Islam, tidah cukup hanya dalam kontes tolong menoolong dalam kehidupan manusia, lebih dari itu kita seharusnyya memperbanyak doa dan meminta tolong pada Sang pemilik pertolongan, bukankah Allah Swt juga menjanjikannya dalam sebuah firmanNya:
$pkšr'¯»tƒ z`ƒÏ%©!$# (#þqãZtB#uä bÎ) (#rçŽÝÇZs? ©!$# öNä.÷ŽÝÇZtƒ ôMÎm6s[ãƒur öä3tB#yø%r& ÇÐÈ  
Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. Muhammad [47]: 7)

Proses pelaksanan (acounting) dalam sebuah manajemen seharusnya dengan penuh rasa tanggung jawab, dengan menanamkan sikap dan sifat kepemimpinan yang elegan dan tegas serta profesionalisme dalam menjalankan tugas-tugasnya, maka tujuan manajemen yang kita harapkan bisa tercapai dengan bersih, yang terpenting adalah memegang tanggung jawab sesuai dengan bidangnya. Jangan sampai kita melimpahkan tanggung jawab kita pada orang lain yang justru bukan bidangnya dan tidak professional.  Marilah kita ingat kembali Firman Allah dalam surat  Al-An’am :
...( $tB šøn=tã ô`ÏB NÎgÎ$|¡Ïm `ÏiB &äóÓx« $tBur ô`ÏB y7Î$|¡Ïm OÎgøŠn=tæ `ÏiB &äóÓx« öNèdyŠãôÜtGsù tbqä3tFsù z`ÏB šúüÏJÎ=»©à9$# ÇÎËÈ  
….. kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka dan merekapun tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, (sehingga kamu Termasuk orang-orang yang zalim. (QS Al-An’am [6]: 52)
Tahapan yang tidak kalah pentingnya adalah controling (pengawasan), pengawasan yang tidak memiliki kekuatan dan ketegasan terhadap pelaksana system yang keliru, seharusnya segera ditindak bukan dibiarkan yang justru melahirkan kesimpang siuran dan pelanggaran yang terus menerus termanjakan, itulah yang mungkin akan terjadi di dunia saja, lebih dari itu kita sering melupakan bahwasanya ada pengawasan yang lebih dari kita yang terbatas dengan serba kelalaian kita, itulah pengawasan Allah juga para malaikatnya. Sebagaimana FirmanNya
 ¨bÎ) y7­u ÏŠ$|¹öÏJø9$$Î7s9 ÇÊÍÈ  
Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi. (QS. Al-Infithaar [82]: 10)
¨bÎ)ur öNä3øn=tæ tûüÏàÏÿ»ptm: ÇÊÉÈ  
Padahal Sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu),(QS. Al-Fajr [89]: 14)

Sebenarnya, menurut kami manajemen pendidikan Islam yang telah digunakan dalam system pendidikan sebenarnya telah baik dan kondusif sebagai konsep peningkatan mutu dan kualitas pendidikan Islam, namun pananaman nilai-nilai Al-Qur’an pada jiwa individu pelaksananya adalah lebih memberikan nuansa subur dan berdedikasi moralitas yang tinggi. Inilah sebenarnya yang perlu “dibungkuskan” dalam pengelolaan manejmen pandidikan Islam yang juga notabene dekat bahkan akrab terhadap Al-Qur’an dan Al-Hadis. Nilai-nilai kecerdasan, kejujuran, keberanian, ketegasan, kebersamaan, dan tanggung jawab tidak hanya sekedar formalitas di depan lembaga ataupun diujung ucapan saja, melainkan sebagai ladang sikap amaliayah yang nantinya bisa mengantarkan kita lebih dekat kepada Allah Swt dan RasulNya.
Selain Manajemen pendidikan Islam yang Qur’ani tersebut harus dipupuk sejak dini, penetapan suatu kebijakan dari tangan kekuasaan pemerintah tentunya menjadi sebuah tugas penting dan utama bagi proses tercapainya system yang Qur’ani. Rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana pelaksanaan suatu tugas, kepemimpinan, dan cara bertindak serta pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran, seharusnya berlandaskan pada dua pedoman yang ditinggalkan oleh Rasulullah pada umat Islam, yaitu ; Al-Qur’an dan Al-Hadis. Sebagaimana yang telah kami paparkan sebelumnya, bahwa kebijakan yang perlu ditetapkan untuk pendidikan Islam seharusnya lebih kokoh pada hasrat dan berasazkan pada pilar aqidah, ibadah, akhlaq, serta mu’amalat, dan kebutuhan lainnya yang bersifat konterporer.
Pengambilan kebijakan harus betul-betul bijak dan sesuai antara internalnya dengan eksternal pendidikannya. Semuanya harus saling mendukung satu sama lain. Jangan ada diskriminasi dan atas nama kepentingan pribadi saja. Karena hal itu hanya menjadi penghambat segala tujuan yang ingin dicapai. Menurut kami konsep yang ada untuk pengembangan pendidikan Islam di Indonesia sudah cukup mumpuni dan mewakili harapan umat dan bangsa, namun problema yang juga harus kita tanamkan pada individual pelaksananya adalah sifat adil dan jujur, inilah sebenarnya yang mulai hilang dalam sosok pelaksana dan pemikir pendidikan Islam di Indonesia. Dua kata kunci inilah yang bisa melahirkan Kebijakan dan manajemen yang pendidkan Islam yang Qur’ani. Oleh karena itu patutlah kita simak sejenak firman Allah Swt berikut ini:
$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qçRqä. šúüÏBº§qs% ¬! uä!#ypkà­ ÅÝó¡É)ø9$$Î ( Ÿwur öNà6¨ZtB̍ôftƒ ãb$t«oYx© BQöqs% #n?tã žwr& (#qä9Ï÷ès? 4 (#qä9Ïôã$# uqèd Ü>tø%r& 3uqø)­G=Ï9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 žcÎ) ©!$# 7ŽÎ6yz $yJÎ šcqè=yJ÷ès? ÇÑÈ  
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Maidah [5]: 8)

            Demikianlah sebuah rajutan harapan dari kami (minimal untuk kami) sebagai mahasiswa yang notabene berkecimpung dalam Jurusam Manajemen dan Kebijakan Pendidkan Islam, sebuah harapan untuk merangkul idealisasi Pendidikan Islam di negeri kita. Namun walau bagaimanapun, sajian rajutan harapan ini, hanya menjadi tontonan yang diam tampa efek, jikalau harapan terhadap system Manajemen dan Kebijakan Pendidikan Islam yang Qur’ani ini tidak dilandasi oleh sikap meneladani sosok Rasulullah Saw sebagai penerima Wahyu, sekaliigus sebagai kekasih Sang pemilik segala Ilmu, karena hal tersebutlah yang lebih dekat dengan praktek kita dalam mencapai system yang Qur’ani, sebagaimana yang telah kami paparkan secara implisit dalam tulisan ini.    


Wallahu A’lam


* Tulisan ini merupakan pemikiran penulis tentang MKPI yang Qur’ani, dibuat untuk memenuhi kewajiban (Ujian Akhir Semester I) Mata kuliyah “Studi Al-Qur’an : Teori dan Metodologi” yang diampu oleh Prof. Dr. H. Muhammad. Chirzin, M. Ag, pada PPS UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar